2.3.4. Proses Pemfosilan
Fosil - fosil yang ditemukan baik yang utuh maupun tinggal jejaknya saja hanyalah merupakan bagian kecil dari suatu kehidupan yang pernah ada di masa lampau. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua kehidupan masa lampau dapat terawetkan. Banyak faktor yang mempengaruhi dapat atau tidak terbentuknya proses pemfosilan.
2.3.4.1. Faktor - faktor Perusak
Merupakan faktor - faktor yang mencegah terjadinya proses pemfosilan, yaitu :
A. Biologi, pada faktor ini adalah kehidupan yang menjadi mangsa organisme lainnya. Kondisi ini mengakibatkan organisme yang dimangsa tidak dapat terawetkan.
B. Fisika, organisme yang mati bisa terawetkan apabila lingkungannya mendukung proses pemfosilan. Lingkungan dimana organisme mati biasanya terjadi proses sedimentasi yang sangat berpengaruh untuk terjadi atau tidaknya proses pemfosilan. Sedimentasi dan material yang sangat kasar biasanya akan merusak tubuh organisme, sehingga mencegah terjainya proses pemfosilan.
C. Kimia, tubuh keras dari organisme biasanya mengandung unsur - unsur kimia yang mudah larut dalam air. Terlarutnya unsur - unsur tersebut kadang merusak bentuk shellnya, sehingga mencegah terjadinya proses pemfosilan.
2.3.4.2. Syarat Terjadinya Pemfosilan
Walaupun ada beberapa faktor yang bersifat merusak terjadinya proses pemfosilan, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya proses pemfosilan.
A. Organisme yang mati tidak menjadi mangsa organisme lainnya.
B. Memiliki bagian tubuh atau rangka yang keras (resisten). Misal shell pada Pelecypoda, Gasropoda, Brachiopoda, dan sebagainya.
C. Rongaa - rongga pada bagian yang keras dimasuki zat kersik sehingga merubah struktur kimiawi tanpa merubah struktur fisik.
D. Diawetkan / tertimbun oleh lapisan es. Misal fosil mammout yang diketemukan di Siberia.
E. Kejatuhan / tertingkupi oleh getah. Misal serangga yang masih terlingkup getah resin di daerah Baltic (Eropa).
F. Organisme jatuh di lingkungan anaerob (kekurangan O2) sehingga tidak mengalami proses pembusukan.
TATA CARA PENAMAAN
1. Penamaan Family
= diikuti oleh akhiran idae
ex : Miliolidae (ditulis huruf tegak)
2. Penamaan Genus
= Terdiri dari 1 suku kata & diawali huruf besar, ditulid miring/digarisbawahi
ex : Globorotalia atau Globorotalia
3. Penamaan Spesies
= Nama genus + 1 suku kata (ada 2 suku kata)
Kata yang pertama ditulis huruf besar & kata kedua ditulis huruf kecil
ex : Globorotalia tumida atau Globorotalia tumida
4. Penamaan Sub-spesies
= Nama spesie + 1 suku kata (ada 3 suku kata)
ex : Globorotalian tumida flexuosa
-. Untuk nama spesies & sub-spesies : dapat diikuti nama tempat/orang pertama yang menemukan
ex : Nummulites Djogdjakartae
Lepidocyclina subandri
2.3.4.3. Jenis Pemfosilan
A. Unaltered remains, merupakan fosil yang terawetkan utuh, meliputi tubuh lunak maupun tubuh keras dan bersifat insitu. Contoh fosil mammouth dan Rhinoceros didalam endapan es di Siberia.
B. Altered remains, merupakan jenis pemfoisilan dimana unsur - unsur kimia didalam tubuh organisme telah terubah baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian. Proses tersebut dapat berupa :
• Permineralisasi, terisisinya pori - pori oleh mineral kalsit, silika, fosfat, dan sebagainya tanpa merubah bentuk struktur cangkang atau tulang.
• Replacement, tergantikannya unsur - usur kimiawi didalam bagian keras / rangka oleh mneral lain tanpa merubah bentuk asli dari shell / rangka.
• Leaching, terlarutnya unsur - unsur kimia yang ada sehingga sdikit merubah bentuk asli dari shell / rangka.
• Destilasi, hilangnya unsur nitrogen, oksigen dan hidrogen didalam cangkang / shell yang tergantikan oleh lapisan tipis karbon.
• Hostometabesis, terubahnya unsur - unsur kimia pada fosil tumbuh - tumbuhan.
C. Impression, merupakan sisa tubuh organisme yang terletak pada lapisan batuan. Cetakan tesebut dapat berupa :
• Internal mold, cetakan langsung dari bagian dalam cangkang / tubuh organisme.
• Eksternal mold, cetakan langsung dari bagian luar cangkang / tubuh organisme.
• Internal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian dalam dari cangkang / tubuh organisme.
• Eksternal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian luar dari cangkang / tubuh organisme.
D. Fosil Jejak, organisme selama hidupnya melakukan suatu aktivitas. Sisa aktivitas organisme ini dapat terawetkan menjadi suatu fosil, berupa :
• Coprolite, merupakan kotoran binatang yang terfosilkan.
• Trail, jejak ekor dari binatang. Track, jejak kuku binatang. Foot print, jejak kaki.
• Burrows dan Boring, jejak berupa tempat tinggal binatang yang berbentuk lobang - lobang.
2.4. Terdapatnya Fosil
Dari urutan tersebut diatas terlihat bahwa tidak semua batuan dapat dijumpai atau terdapat fosil. Hanya pada lngkungan tertentu saja yang kemungkinan besar suatu organisme dapat menjadi fosil. Dimana didapatkan fosil?
1. Batuan Beku
Batuan Beku adalah batuan yang terjadi dari hasil pembekuan magma. Magma adalah cairan silikat kental yang berasal dari dalam bumi yang bersuhu tinggi. Sehingga tidak memungkinkan suatu organisme dapat hidup pada kondisi tersebut. Dengan demikian tidak mungkin dijumpai fosil pada batuan beku.
2. Batuan Metamorf
Batauan Metamorf adalah batuan yang terjadi sebagai akibat ubahan batuan lain (batuan beku, bautan sedimen atau batuan metamorf) oleh peroses metamorfose. Jika batuan metamorf itu berasal dari batuan beku maka tidak akan dijumpai fosil.
Jika batuan metamorf itu berasal dari batuan sedimen maka kemunkinan masih akan dijumpai fosil. Contoh : pada marmer kadang kala masih tampak adanya fosil.
Sedangkan bila batuan metamorf itu berasal dari batuan metamorf maka kemungkinannya sangat kecil ditemukan fosl, dan bila dijumpai biasanya sudah rusak. Disamping itu juga tergantung pada tingakt metamorfosenya.
Metamorfose tingakat rendah kemungkinan masih dijumapi fosil, sdangkan pada metamorfose tingkat tinggi biasanya tiadak dijumpai adanya fosil.
3. Batuan Sedimen
Diantara ketiga jenis batuan maka pada batuan sedimen yang paling besar kemungkinannya dijumpai fosil. Tetapi semua batuan sedimen ternyata tidak mengandung fosil. Batuan sedimen berbutir kasar seperti konglomerat dan breksi ternyata jarang atau tidak mengandung fosil. Batuan ini terdapat pada arus yang deras sehingga dapat menghancurkan sisa fosil. Apabila sisa organisme tadi tersimpan dalam konglomerat / breksi maka oleh air tanah yang melalui rongga - rongga ini akan terlarutkan sisa organisme tersebut. Akibatnya tidak akan dijumpai fosil.
Batuan sedimen yang berbutir sedang seperti batupasir akan baik dalam menyimpan fosil. Tetapi karena batupasir ini adalah batuan yang baik dalam mengalirkan dan menyimpan air dan apabila terdapat fosil juga akan larut oleh air tanah. Sehingga batupasir akan ditemukan bekas / tikas saja berbentuk cetakan.
Sedangkan pada batuan sedimen yang berbutir halus seperti napal dan batulempung adalah batuan yang sangat baik sebagai penyimpan fosil. Batuan yang berbutir halus ini akan membentuk cetakan terkesan yang menyerupai aslinya.
No comments:
Post a Comment