Monday, May 8, 2017

STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI


I.1. Struktur bagian  Dalam Bumi
Secara keseluruhan, bumi terbagi menjadi empat aspek yaitu; atmosphere (udara), hydrosphere (air), lithosphere (batuan solid) dan biosphere (kehidupan organik).
Disini saya hanya akan menjabarkan sedikit tentang lithosphere saja, karena berhubungan dengan batuan.
Lithosphere adalah akumulasi masa dari batuan-batuan padat yang membentuk selubung yang mengelilingi bagian cair bumi yang panas (magma). Lithosphere terdiri dari komponen primer seperti;
1.      Minerals, segala bentuk komponen kimia yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia. Seperti silika (SiO2) atau kalsium karbonat (CaCO3).
2.      Batuan, secara alami terbentuk, materi mineral terkonsolidasi dan terkompaksi.Batuan bisa terdiri dari hanya satu macam mineral saja (Contohnya; Salt) atau terdiri dari berbagai mineral (Contohnya; sandstone).
3.      Fluida, komponen paling banyak adalah air (lebih dari 90%), gas dan hydrocarbon.
Ketebalan lithosphere bervariasi, dari sekitar 65 km sampai 100 km, dan terdiri dari batuan silika-magnesium (SIMA) dan silik-aluminium (SIAL). Lithosphere mempunyai nilai Specific Gravity (SG) 2.7 sampai 3.
Crust adalah bagian paling atas dari lithosphere dan membentuk lempeng benua dan lempeng samudera. Fluida seperti air, minyak dan gas berada pada lempeng-lempeng ini. Ketebalan crust bervariasi mulai dari 5 km sampai 60 km.Terdiri dari batuan dan mineral berbagai tipe. Klasifikasi dasar dari batuan berdasarkan asal usul terbentuknya terdiri dari tiga macam batuan, yaitu;
1.         Igneous Rock (Batuan Beku), terkristalisasi dari bekuan magma.
2.         Sedimentary (Batuan Sediment), endapan dari hasil pengikisan batuan permukaan.
3.         Metamorphic (Batuan Ubahan), hasil dari alterasi batuan dan mineral lain.

Mantel, di bawah lithosphere penelitian semakin sulit dilakukan. Lapisan ini dikenal juga sebagai lapisan Pyrosphere, ketebalannya diperkirakan 2900 km. Terdiri dari besi dan mineral SIMA. Density sekitar 3.5 SG, dan suhu rata-rata sekitar 2000 deg Celcius. Tekanan dari lapisan diatasnya membuat lapisan ini selalu dalam kondisi solid, tapi tetap bisa melelehkan batuan. Lapisan mantle paling luar sekitar 200 km dinamai dengan asthenosphere. Pada lapisan ini tekanan dan suhu berada pada kondisi berimbang sehingga lapisan ini bersifat plastis. Asthenosphere merupakan sumber dari aktivitas volkanik dan seismik (gempa).
Core, inti bumi berukuran diameter 7000 km dan terdiri dari besi dan nikel. Lapisan paling luar (tebal 2200 km) merupakan liquid atau cairan. Lapisan terdalam bersifat solid atau padat, dengan density sekitar 10.5 SG dan suhunya lebih dari 5000 deg celcius. Menurut teori, perputaran bumi pada porosnya (rotasi) menyebabkan terjadinya arus sirkulasi pada bagian cair inti bumi. Sirkulasi ini merupakan sumber dari medan magnet yang menyelimuti bumi.

Friday, May 5, 2017

PENDAHULUAN


I.1. Latar Belakang
Petrologi adalah ilmu yang mempelajari struktur, tekstur dan komposisi batuan secara megaskopis. Jenis-jenis batuan:
1.      Batuan beku (igneous rock)
Adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
2.      Batuan sediment (sedimentary rock)
Batuan sediment atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan.
3.      Batuan peralihan (metamorph rock)
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.

Siklus batuan adalah proses dimana suatu batuan melebur, meleleh, membeku, dan kemudian menjadi batu kembali. Pada awalnya siklus batuan terbentuk oleh pergeseran lempengan yang ada di permukaan bumi. Lalu pergeseran ini menghasilkan magma yang dimana magma tersebut akan mendesak keluar permukaan bumi dan pada saat magma mencair di permukaan bumi, maka akan menyelimuti tanah yang dilalui oleh cairan magma. Untuk beberapa waktu magma akan membeku dan berubah menjadi batuan dingin yang dinamakan "Igneous Rock". Batuan akan mengalami pelapukan yang disebabkan oleh bebrapa hal diantarnya:
1.        Pelapukan Secara Fisika.
Pelapukan secara fisika diakibatkan oleh perubahan temperatur yang tidak menetap. contohnya dari suhu panas yang tiba-tiba menjadi dingin bahkan terkena hujan dan badai mengakibatkan batuan melapuk.
2.        Pelapukan Secara Kimia
Pelapukan ini diakibatkan diakibatkan oleh cairan kimia HCL yang bereaksi dengan batuan(batu gampinh) mengakibatkan batuan melapuk, juga dengan adanya hujan asam yang bereaksi dengan batuan.
3.        Pelapukan Secara Biologi
Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Proses Terjadinya Batu.
1.   Magma yang mengalami kristalisasi/ pembekuan akan menhasilkan IGNEOUS ROCK.
2. IGNEOUS ROCK akan mengalami pelapukan oleh air dan sebagainya akan menghasilkan sedimen.
3.   Sedimen yang juga mengalami weathering akan manjadi SEDIMENTARY ROCK.
4.   SEDIMENTARY ROCK yang mengalami perubahan suhu dan temperatur yang sangat tinggi akan berubah menjadi batu peralihan.
5.   Batu peralihan akan kembali lagi menjadi magma dan begitu lah seterusnya.

II.2. Maksud dan Tujuan
1.      Maksud
-Menentukan struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
-Menentukan nama batuan.
-Mengetahui  petrogenesa batuan.
2.      Tujuan
-Agar kami para praktikum dapat menentukan struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
-Agar kami bisa nama batuan.
-Agar kami bisa cara mendeskripsikan batuan.

Thursday, May 4, 2017

Pendahuluan


Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi.
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya.
Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapis batuan dengan
batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan tersebut. Hubungan antara satu
lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras(unconformity).
Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan memiliki genesa
pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies sedimen marin, facies sedimenfluvial, facies sedimen delta, dsb.
Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau diendapkan pada
lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun,
Glacial), Transisi (Pasang-surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik,
Bathyal, atau Hadal)
Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir.



PENGUKURAN STRATIGRAFI

I. Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar setiap perlapisan batuan / satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan. Di lapangan, pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan dengan menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dalam suatu lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.

I.1 Metoda Pengukuran Stratigrafi
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci urut-urutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah:
a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan lingkunganpengendapan.
Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan yang menerus, terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi yang resmi. Metoda pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya. Namun demikian metoda yang paling umum dan sering dilakukan di lapangan adalah dengan menggunakan pita ukur dan kompas. Metoda ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah singkapan-singkapan yang dapat disusun menjadi suatupenampang stratigrafi.

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
1)  Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur (± 25 meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan lapangan, tongkat kayu sebagai alat bantu.
2) Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas
3) Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau tanda lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4)  Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas. Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur geologi lainnya.5)      Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6)  Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaa nperlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.
7) Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah melaluiproses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi standar.
8)  Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih dahulukoreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.

Monday, April 17, 2017

Pendahuluan

     Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil. Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba untuk menjelaskan sebab sebab dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk mengamati gejala atau dampaknya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, sebagai sumber utama penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Pengamatan paleontologi sudah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi, dan ilmu ini baru berkembang pada abad ke 18 setelah Georges Cuvier menerbitkan hasil pekerjaannya dalam “Perbandingan Anatomi” dan kemudian berkembang secara cepat pada abad ke 19. Fosil yang dijumpai di China sejak tahun 1990 telah memberi informasi baru tentang yang paling awal terjadinya evolusi binatang-binatang, awal dari ikan, dinosaurus dan evolusi burung dan mamalia.
     Paleontologi pada dasarnya berada diantara batas biologi dan geologi dan saling berbagi dengan arkeologi yang batasnya sulit untuk ditentukan. Sebagai pengetahuan, paleontologi juga berkembang menjadi beberapa sub bagian, beberapa diantaranya mengfokuskan pada perbedaan organisme fosil sedangkan lainnya menghususkan pada ekologi dan sejarah lingkungannya, seperti iklim masa purba. Tubuh fosil dan jejak fosil adalah merupakan bukti utama dari kehidupan masa lampau, dan bukti geokimia dapat membantu untuk mengetahui evolusi dari kehidupan sebelum organisme yang cukup besar tinggal sebagai fosil. Memperkirakan umur dari sisa sisa adalah hal yang penting akan tetapi sulit, kadangkala lapisan batuan yang bersebelahan dimungkinkan dilakukan penanggalan radometrik yang memberikan umur absolut dengan akurasi dalam 0.5%, akan tetapi seringkali para ahli paleonotologi bergantung pada umur relatif dalam menentukannya melalui biostratigrafi.
     Untuk mengklasifikasi organisme purba pada umumnya sangat sulit, kebanyakan organisme purba tidak cocok dengan “Taksonomi Linnean” yang biasa dipakai untuk mengklasifikasikan kehidupan organisme dan para ahli paleontologi lebih sering menggunakan klasifikasi “Cladistic” untuk menggambarkan evolusinya melalui “family trees”. Taksonomi Linnaean adalah bentuk khusus dari klasifikasi biologi (taksonomi) yang dibuat oleh Carl Linnaeus sebagaimana disusun dalam bukunya “Systema Naturae” (1735) serta hasil penelitiannya pada tahun tahun berikutnya. Dalam taksonomi dari Linneaeus terdapat 3 Kingdom yang dibagi menjadi Kelas dan kemudian dibagi lagi menjadi Orde, Famili, Genus, dan Spesies serta tingkatan yang lebih rendah dari Spesies.
     Klasifikasi organisme yang didasarkan pada taksonomi secara tradisional merupakan klasifikasi ilmiah. Istilah ini khususnya digunakan untuk membedakan dengan Sistematika Cladistic.Klasifikasi Cladistic adalah suatu cara mengklasifikasi spesies dari organisme kedalam kelompok yang disebut dengan “clades”. 
     Clades adalah satu kelompok yang terdiri dari organisme dan semua keturunannya. Dalam istilah sistimatika biologi, clade adalah satu cabang tunggal dari pohon kehidupan (tree of life). Ide dasarnya adalah sekelompok organisme harus dikelompokan secara bersama dan diberi nama taksonomi untuk klasifikasi biologinya. Dalam sistimatika cladistic, clade hanya diterima sebagai satuan dimana organisme nenek moyang dan semua keturunannya. Sebagai contoh, burung, dinosaurus, buaya dan semua keturunannya (masih hidup atau sudah punah) kebanyakan dari mereka sangat umum merupakan bentuk suatu clide dari nenek moyangnya. 
  Cladistic dapat dibedakan dari sistem taksonomi lainnya seperti “phenetic” dengan melihat kesamaan dari sifat-sifat asalnya (synapomorfis). Pada mulanya sistem ini dikembangkan dengan melihat kesamaan dari keseluruhan morfologinya untuk pengelompokan spesies kedalam genus, famili atau tingkatan kelompok yang lebih tinggi (taksa). Klasifikasi Cladistic biasanya menggunakan bentuk pohon yang disebut dengan “cladogram” yang dipakai untuk memperlihatkan kesamaan relatif dari organisme nenek moyangnya atau kesamaan fiturnya. Cladistic juga dapat untuk membedakan cangkang hipotetis yang lebih obyektif dibandingkan dengan sistem yang menggantungkan pada keputusan yang subyektif dari kesamaan hubungan dasarnya. Cladistic diperkenalkan pertama kalinya oleh Willi Hennig seorang Entomologist berkebangsaan Jerman.
    Cladogram yang memperlihatkan hubungan nenek moyang (ancestor) dengan spesiesnya. Hubungan monophyletic mewakili spesies, dipakai istilah hubungan “sister group”. Hubungan ini ditafsirkan untuk mewakili phylogeny atau hubungan evolusinya. Meskipun cladogram didasarkan sifat sifat morfologinya, urutan genetik data dan perhitungan phylogenetic saat ini sering dipakai dalam cladogram.
      Pada akhir abad ke 20 perkembangan pilogenetik molekuler (biologi molekuler dan genetika) yang dapat menyelidiki bagaimana kedekatan organisme ditentukan berdasarkan kesamaan Deoxyribonucleid acid (DNA). DNA adalah suatu asam nucleic yang tersusun dari perintah perintah genetik yang dipakai untuk pembangunan dan fungsi dari semua yang diketahui pada organisme yang hidup. Peran utama dari molekul molekul DNA adalah menyimpan informasi paling lama. DNA seringkali diperbandingkan dengan sekelompok kode, selama berisi perintah perintah yang diperlukan untuk membangun komponen lain dari sel sel, seperti molekul molekul protein dan Ribonucleic acid (RNA). Segmen DNA yang membawa informasi genetik disebut sebagai gen, tetapi urutan DNA lainnya memiliki kegunaan struktural atau terlibat didalam pembentukan informasi genetik didalam “genome”. Genome adalah keseluruhan informasi yang diturunkan organisme. Hal ini dikodekan baik didalam DNA atau pada RNA. Genome meliputi baik gen dan urutan bukan kode DNA/RNA. Keturunan adalah sifat sifat yang diberikan kepada turunannya dari orang tua atau nenek moyangnya. Proses ini merupakan proses dimana sel keturunan atau organisme memperoleh atau cenderung menjadi seperti sifat sifat sel induknya. Melalui keturunan, ditunjukan adanya variasi variasi oleh setiap individu dan terakumulasi dan menyebabkan beberapa spesiesbidang epigenetika. Phylogenetic molekuler juga telah digunakan untuk memperkirakan kapan suatu spesies mengalami peyimpangan, namun demikian ada kontroversi mengenai keandalan dari jam molekuler tersebut.
   Dengan menggunakan semua teknik yang ada memungkinkan para ahli paleontologi mengetahui lebih banyak tentang sejarah perkembangan evolusi kehidupan, dengan demikian maka dapat menjelaskan bagaimana Bumi mampu mendukung adanya kehidupan kurang lebih 3800 milyar
tahun yang lalu. Hampir separuh dari masa tersebut merupakan masa kehidupan dari mikro organsime bersel tunggal, kebanyakan terdiri dari mikroba yang membentuk ekosistem dengan
ketebalan hanya beberapa milimeter. Atmosfir Bumi asalnya tidak mengandung oksigen dan pembentukan oksigen dimulai kurang lebih 2400 juta tahun yang lalu. Hal ini yang memungkinkan terjadinya percepatan dari meningkatnya dalam berbagai jenis kehidupan dan kompleksitas kehidupan, dan awal dari tumbuhan multisel dan jamur / fungi yang dijumpai dalam batuan yang berumur 1700 – 1200 juta tahun yang lalu.
     Fosil binatang multisel yang paling awal semakin banyak sejak kuranglebih 580 juta tahun yang lalu, kemudian binatang mengalami diversifikasi dengan cepat yang terjadi pada waktu yang relatif pendek pada zaman Kambrium. Semua organisme ini hidup didalam air, namun demikian tumbuhan dan golongan invertebrata mulai hidup di daratan pada 490 juta tahun yang lalu dan vertebrata mulai hidup di daratan pada 370 juta tahun yang lalu. Dinosaurus pertama kali muncul kurang lebih 230 juta tahun yang lalu dan kelompok burung yang muncul dari salah satu kelompok dinosaurus kurang lebih 150 juta tahun yang lalu. Selama kehidupan dinosaurus, hanya sedikit dari nenek moyang kelompok mamalia yang dapat bertahan hidup, terutama serangga nocturnal, tetapi setelah kelompok dinosaurus yang bukan berasal dari unggas punah pada akhir zaman Kapur dan pada zaman Tersier pada 65 juta tahun yang lalu, mamalia berkembang dan mengalami diversifikasi dengan pesat. Tanaman berbunga mulai muncul dan terlihat juga mengalami diversifikasi 130 juta tahun yang lalu dan 90 juta tahun yang lalu kemungkinan terbantu dengan adanya penyerbukan oleh serangga. Serangga muncul pada waktu yang bersamaan walaupun jumlah spesies mereka hanya sedikit namun saat ini lebih dari 50% dari total populasi dari seluruh serangga. Manusia mulai berevolusi dari garis keturunan kera yang berjalan tegak dimana fosil yang paling pertama diketahui adalah berumur 6 juta tahun yang lalu sedangkan anatomi manusia modern baru muncul dibawah 200.000 tahun yang lalu. Proses evolusi telah berubah beberapa kali oleh kepunahan masal yang menyapu kelompok dominan yang ada sebelumnya dan memungkinkan kelompok lainnya berkembang dari yang tadinya kelompok minoritas menjadi kelompok utama pada ekosistem.

Sunday, April 16, 2017

Hukum Suksesi Fauna (Fosil)

      Apabila kita telusuri fosil-fosil yang terkandung dalam lapisan batuan, mulai dari lapisan yang termuda hingga ke lapisan yang tertua, maka kita akan sampai pada suatu lapisan dimana salah satu spesies fosil tidak ditemukan lagi. Hal ini menandakan bahwa spesies fosil tersebut belum muncul (lahir) atau spesies fosil tersebut merupakan hasil evolusi dari spesies yang lebih tua atau yang ada pada saat itu. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kemunculan suatu spesies merupakan hasil evolusi dari spesies sebelumnya dan hal ini dapat kita ketahui melalui pengamatan fosil-fosil yang terekam di dalam lapisan-lapisan batuan sepanjang sejarah bumi. Apabila penelusuran kita lanjutkan hingga ke lapisan batuan yang paling tua, maka kita akan sampai pada suatu keadaan dimana tidak satupun fosil ditemukan, apakah itu fosil yang berasal dari reptil, burung, mamalia, vertebrata berkaki empat, tumbuhan darat, ikan, cangkang, dan atau binatang lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka ketiga prinsip utama diatas dapat kita sintesakan menjadi satu prinsip yang berlaku secara umum yang disebut sebagai Hukum Suksesi Fosil (Law Faunal Succession).
      Prinsip suksesi fauna yang juga dikenal dengan hukum suksesi fauna didasarkan atas hasil pengamatan pada perlapisan batuan sedimen yang mengandung fosil dan fosil-fosil tersebut masing masing satu dan lainnya secara vertikal memunjukan urutan yang khas/spesifik yang dapat ditelusuri secara luas. Hal ini memungkinkan perlapisan dapat diidentifikasi dan ditentukan umurnya oleh fosil yang ada dalam batuan. Dengan menerapkan hukum superposisi, fosil yang terdapat dalam batuandapat untuk menentukan urutan waktu saat batuan tersebut diendapkan. Dengan teori evolusi maka urut-urutan fosil yang terawetkan dalam batuan dapat dipahami.
      Pada abad ke 18 dan 19, seorang ahli geologi berkebangsaan Inggris William Smith dan ahli paleontologi Georges Cuvier dan Alexandre Brongniart dari Perancis, menemukan batuan-batuan yang berumur sama serta mengandung fosil yang sama pula, walaupun batuan-batuan tersebut letaknya terpisah cukup jauh. Mereka kemudian menerbitkan peta geologi berskala regional dari daerah yang batuannya mengandung fosil yang sama. Melalui pengamatan yang teliti pada batuan serta fosil yang dikandungnya, mereka juga mampu mengenali batuan-batuan yang umurnya sama pada lokasi yang berlawanan di selat Inggris. William Smith juga mampu menerapkan pengetahuannya tentang fosil dalam setiap pekerjaan secara praktis di lapangan. Sebagai seorang teknisi, William Smith adalah orang yang berhasil membangun sebuah kanal di Inggris yang kondisi medannya tertutup oleh vegetasi yang cukup lebat serta singkapan batuan yang sangat sedikit. Untuk itu ia harus mengetahui batuan batuan apa saja yang ada di dalam dan diatas bukit, karena melalui bukit inilah kanal akan dibangun. William Smith dapat mengetahui berbagai jenis batuan yang akan dijumpai dibawah permukaan dengan cara mengkaji fosil-fosil yang diperoleh dari batuan-batuan yang tersingkap di lereng lereng bukit dengan cara menggali lubang kecil untuk mengambil fosil. Seperti halnya dengan William Smith dan lainnya, pengetahuan suksesi dari bentuk kehidupan yang terawetkan sebagai fosil sangat berguna untuk memahami bagaimana dan kapan suatu batuan terbentuk.
      Wilian Smith mengamati bahwa fosil hewan invertebrate yang diketemukan pada perlapisan batuan muncul dalam urutan yang dapat diperkirakan. Dari hasil penelitian ini, hukum suksesi fauna dikembangkan dan menyatakan bahwa fosil terjadi dalam urutan yang pasti, tidak berubah dalam rekaman geologi. Pada gambar 9-4 terlihat kumpulan fosil yang hadir dalam lapisan batuan pada interval waktu tertentu dan dalam jangka jangka waktu yang diskrit. Dengan menggunakan hukum superposisi maka dapat disimpulkan bahwa batuan B lebih tua dibandingkan batuan A.
     Pada gambar 9-5 diperlihatkan kemunculan dari beberapa spesies dari kelompok binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam rentang umur bumi, yaitu sejak zaman Kambrium hingga zaman Kuarter. Berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang ditemukan sebagai fosil telah mengalami perubahan selama kurun waktu dari sejarah bumi. Ketika kita menemukan fosil yang sama dalam batuan yanglokasinya berbeda, maka kita tahu bahwa batuan tersebut berumur sama. Bagaimana para ilmuwan menjelaskan perubahan yang terjadi di bumi melalui jejak-jejak fosil yang dijumpai dalam batuan? Pada awalnya penjelasan terhadap perubahan dan pergantian berbagai jenis spesies yang hidup dimuka bumi dasarkan atas pemikiran tentang suksesi bencana-alam atau katatrofisme yang secara periodik merusak dan memusnahkan lingkungan hidup suatu organisme. Setelah peristiwa katatrofisme maka akan muncul kehidupan yang baru lagi.Sebagai ilustrasi, para ahli mempelajari fosil ancestor (fosil nenek-moyang) dan fosil descendant (fosil keturunannya) disepanjang umur geologi. Sebagai contoh pada gambar 9-6 diperlihatkan fosil jenis Archaeopteryx lithographica yang dijumpai pada batuan berumur Jura. Fosil ini tersusun dari rangka reptil yang didalamnya juga memiliki jari-jari dengan cakar yang berada pada sayapnya, susunan tulang belakangnya menerus hingga ke bagian ekor, serta memiliki gigi, dan seluruh tubuhnya ditutupi oleh bulu. Kebanyakan dari fosil reptil yang dijumpai pada batuan berumur Jura atau bahkan yang lebih tua dari Jura, ternyata hanya fosil Archaeopteryx lithographica merupakan fosil yang diketahui memiliki bulu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fosil Archaeopteryx lithographica memiliki hubungan antara reptil dan burung atau burung yang berasal dari keturunan reptil.
       Pada pertengahan abad ke 19, Charles Darwin dan Alfred Wallace mengajukan suatu teori tentang spesies yang berasal dari kehidupan yang lebih tua akan memberi keturunan yang lebih kuat kepada spesies yang lebih muda. Menurut Darwin, perubahan ini disebut sebagai evolusi spesies, yang dipengaruhi oleh 4 proses, yaitu: (1). Variasi; (2). re-produksi; (3). Persaingan; dan (4). daya-tahan dari spesies-spesies yang mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan hidupnya. Teori evolusi Darwin ini berlaku untuk semua makluk hidup, baik untuk yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Penjelasan teori Darwin telah memberi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan suksesi yang terjadi pada suatu spesies yang teramati dari fosilnya yang terekam dan terawetkan dalam batuan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya kemudian berkembang dan terkoreksi, hal ini mengingat bahwa teori dibuat atas dasar fakta dan pengamatan. Dengan adanya pengetahuan dan informasi baru, maka suatu teori dapat berkembang dan berubah, demikian halnya dengan teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Informasi informasi baru yang mendukung konsep dasar dari teori Darwin adalah bahwa dengan berjalannya waktu maka seluruh kehidupan akan mengalami berubahan dan spesies yang lebih tua merupakan nenek moyang (ancestor) dari spesies yang lebih muda (descendant).
      Spesies adalah salah satu yang paling mendasar dari klasifikasi kehidupan. Pada gambar 9-7 diilustrasikan perkembangan (evolusi) dari satu spesies fosil yang memperlihatkan hubungan antara spesies asalnya dengan spesies turunannya (ancestor-descendant). Pada gambar dapat kita lihat bentuk perubahan dari satu spesies sepanjang umur geologi, yaitu mulai dari umur yang tertua, yaitu Kapur Akhir (nomor:6), Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan yang termuda umur Pliosen (nomor:1). Sebagai catatan dapat dilihat bagaimana bentuk bagian belakang (posterior) kerang menjadi lebih membulat pada spesies yang lebih muda, dan bagian dari kedua cangkang shell yang memiliki jaringan pengikat (ligament) yang lebih lebar. Para ahli paleontologi memberi perhatian terhadap bentuk cangkang (shell) serta anatomi detil dari bagian yang terawetkan sebagai penciri dari cangkangnya. Pada gambar, nomor pada kolom disebelah kiri menunjukkan umur geologi, yaitu 1 = Pliosen, 2 = Miosen, 3 = Oligosen, 4 = Eosen, 5 = Paleosen, dan 6 = Kapur Akhir. 
      Hukum suksesi fauna (fosil) sangat penting bagi para ahli geologi yang ingin mengetahui umur batuan saat melakukan penelitian. Kehadiran fosil pada suatu singkapan batuan atau batuan yang berasal dari inti bor dapat dipakai untuk menentukan umur batuan secara akurat. Kajian yang rinci dari berbagai macam jenis batuan yang diambil di berbagai lokasi akan menghasilkan beberapa jenis fosil yang mempunyai kisaran hidup yang relatif pendek dan fosil jenis ini disebut sebagai fosil indek. Saat ini, binatang dan tumbuhan yang hidup di lingkungan laut memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan yang hidup di lingkungan darat, demikian juga dengan binatang atau tumbuhan yang hidup di salah satu bagian yang ada di lingkungan laut atau di lingkungan darat akan berbeda pula dengan binatang atau tumbuhan yang hidup di lokasi lainnya pada lingkungan laut ataupun darat. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi para ahli untuk mengenalinya dalam batuan yang umurnya sama ketika salah satu batuan diendapkan di lingkungan darat dan batuan lainnya diendapkan pada lingkungan laut dalam. Para ahli harus mempelajari fosil fosil yang hidup di berbagai lingkungan sehingga diperoleh suatu gambaran yang lengkap dari binatang ataupun tumbuhan yang hidup pada periode waktu tertentu di masa lampau.
      Batuan yang mengandung fosil dipelajari baik di lapangan maupun di laboratorium. Pekerjaan lapangan dapat dilakukan dimana saja di dunia ini. Di laboratorium, sampel batuan yang akan di analisa harus terlebih dahulu disiapkan melalui suatu prosedur baku. Persiapan sampel batuan yang akan di analisa bisa memakan waktu 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan. Sekali fosil diambil dari batuan, maka fosil tersebut dapat dipelajari atau ditafsirkan. Sebagai tambahan, bahwa batuan sendiri sebenarnya menyediakan banyak informasi yang berguna tentang lingkungan dimana fosil tersebut terbentuk. Fosil dapat dipakai untuk mengenal batuan yang berbeda umurnya.

Definisi Fosil

        Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di California. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup dan ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi.
        Berdasarkan dari definisi fosil, maka fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Sisa-sisa organisme. 2. Terawetkan secara alamiah. 3. Pada umumnya padat /kompak/keras. 4. Berumur lebih dari 11.000 tahun. Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus. Mempelajari evolusi tidak bisa meninggalkan fosil. Dahulu teori evolusi banyak diuji dengan melihat fosil-fosil yang merupakan peninggalan makhluk hidup pada masa lalu. Tetapi perlu diketahui juga bahwa CharlesDarwin ketika membuat buku “the origin of species” tidak diawali dengan fosil namun lebih banyak memanfaatkan fenomena burung-burung di Galapagos. Perkembangan teori evolusi saat ini sudah menggunakan bermacam-macam metode mutahir, tetapi jelas tidak hanya kearah masa kini dengan memanfaatkan DNA saja. 
        Fosil masih merupakan alat terbaik dalam mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi. Apa sih sebenarnya fosil itu ? Apa saja jenisnya, bagaimana terbentuknya ? Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil adalah: (a). untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi sepanjang sejarah bumi; (b). mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut hidup; (c). menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas kandungan fosilnya; (d). untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut ; (e). Untuk korelasi antar batuan batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis/seumur. Fosil Indek adalah organisme yang hadir selama periode waktu tertentu dimana kemunculan dan kepunahannya pada periode waktu yang terbatas. 
        Fosil Indek dipakai sebagai pedoman dalam penentuan umur batuan dimana fosil tersebut terawetkan. Pada gambar 9-2 diperlihatkan daftar fosil indek yang digunakan sebagai kunci pada skala waktu geologi.


Tipe dan Jenis Fosil 
         Menurut ahli paleontologi ada beberapa jenis fosil tetapi secara umum ada dua macam jenis fosil yang perlu diketahui, yaitu: fosil yang merupakan bagian dari organisme itu sendiri dan fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya. 
1. Tipe fosil yang berasal dari organismenya sendiri 
      Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan, dapat berupa tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang “keras”. Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).
2. Tipe fosil yang merupakan sisa-sisa aktifitasnya
           Fosil jenis ini sering juga disebut sebagai trace fosil (fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri. Gambar 9-3 diperlihatkan bagaimana fosil jejak terbentuk sebagai hasil dari aktivitasnya. Adapun jenis fosil jejak antara lain “coprolite” (fosil bekas kotoran binatang) dan “trail and tracks” (fosil bekas jejak langkah binatang). Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang dapat berbentuk cetakan, berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme itu.

STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI

I.1. Struktur bagian  Dalam Bumi Secara keseluruhan, bumi terbagi menjadi empat aspek yaitu; atmosphere (udara), hydrosphere (air), lit...